Kamis, 23 Juli 2015

Senyum Itu

Seperti biasanya, lagi-lagi malam ini air mata harus membasahi kaca mataku. Hidungku yang berair membuatku kesulitan bernafas. Tetapi rupanya tidak. Bukan hidungku yang berair yang membuatku kesulitan bernafas namun betapa sesak penuh nya hati ku yang tak mampu lagi membendung semua nya. Mengapa semua ini terasa sulit sekali Ya Tuhan? Aku selalu berusaha untuk tetap tersenyum, mengangkat daguku, dan berkata "tenang saja, aku tidak apa-apa". Aku tau aku masih belum cukup berusaha untuk berkata "apa belum cukup pengorbananku?". Tetapi aku hanya ingin ia tau Ya Tuhan betapa sakitnya aku yang selalu mengorbankan segala hal bahkan hanya untuk bertemu dengannya. Mendengar suaranya, melihat senyumnya, menyaksikan ia tertawa sampai matanya terlihat sipit sekali seperti biasa. Tidak perlu karenaku Ya Tuhan, aku hanya ingin bertemu dengannya lagi dan menyaksikannya bahagia.
Tentu saja aku rindu, aku rindu dengan percakapan tengah malam kita. Aku rindu kamu mendiskusikan segala hal denganku, aku rindu kamu yang sering tertidur di pundakku, aku rindu merawatmu saat kau sakit, aku rindu bagaimana kita biasa tertawa hingga sesak nafas hanya karena hal hal sepele.
Tetapi tidak, aku tidak akan berusaha untuk menunjukkan perasaan campur adukku ini. Mungkin aku hanya perlu diam. Aku hanya perlu untuk sekali lagi memendam semuanya sendirian. Tak peduli payah, tak peduli lelah.
Satu pintaku, Ya Tuhan. Aku hanya ingin melihat senyum itu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar